Sabtu, 21 Oktober 2017

Lacak posisi teman janjian menggunakan WhatsApp Live Location


Ketika janjian dengan teman untuk bertemu di sebuah tempat, kerap muncul pertanyaan “kira-kira berapa lama sampai di sini?”. Jawabannya acap kali kurang akurat, sebab tak ada yang tahu hambatan-hambatan selama perjalanan.

WhatsApp Live Location, Lokasi Whatsapp


Nah, WhatsApp memungkinkan pengguna saling berbagi dan melacak perjalanan teman secara real-time melalui fitur Live Location. Dengan begitu, tak perlu lagi ada kebohongan, pemberi harapan palsu, atau jawaban tak akurat yang berhubungan dengan lokasi.

Lantas, bagaimana cara memanfaatkan fitur tersebut? Pada ponsel Android, langkah pertama adalah membuka aplikasi WhatsApp yang sebelumnya sudah diperbarui lewat Google Play Store.

Selanjutnya buka ruang chat personal atau grup tertentu di WhatsApp. Tekan ikon untuk menyisipkan dokumen dan file, lalu pilih menu “Location”. Selanjutnya, pilih menu “Share Live location” di layar peta yang muncul kemudian.

Cara menggunakan Live Location WhatsAppWhatsApp

Jika baru pertama kali memanfaatkan Live Location, WhatsApp akan memberikan peringatan bahwa lokasi Anda bakal terlacak oleh teman personal atau grup di WhatsApp. Anda bisa menekan “Continue” kalau tak keberatan.

Selanjutnya pilih durasi membagi Live Location, mulai dari 15 menit, satu jam, hingga delapan jam. Anda bisa menyisipkan komentar pada pembagian Live Location tersebut, sebagaimana pantauan KompasTekno, Jumat (20/10/2017).

Jika Anda terlanjur memencet durasi tertentu dan ingin berhenti membagi lokasi sebelum durasi berakhir, bisa langsung menyetopnya dengan menekan “Stop Sharing” pada tautan Live Location yang dibagi ke teman.

Dari sisi pelacak, Anda cukup membuka tautan Live Location yang dibagikan. Khusus di grup, anggota-anggota yang turut membagi Live Location mereka di saat bersamaan akan muncul pada satu antarmuka peta digital WhatsApp. Anda bisa melacak teman A, B, dan C, sedang di mana dalam satu waktu.

Fitur ini sudah tersedia di Tanah Air, baik untuk pengguna Android maupun iOS. Selamat mencoba!

Penulis: Fatimah Kartini Bohang
Editor: Reska K. Nistanto
Copyright Kompas.com

Google Siapkan Drone Pengantar Makanan

Alphabet menguji coba drone untuk mengirimkan makanan Meksiko di Australia.Alphabet

Memanfaatkan ojek online untuk jasa pesan antar makanan mungkin sudah umum dilakukan. Namun pernahkan membayangkan makanan yang dipesan, diantarkan menggunakan pesawat tanpa awak atau drone?

Drone Project Wing Google , Drone Pengantar Makanan


Inilah yang coba dikembangkan oleh Alphabet, induk perusahaan Google yang memberi nama projek ini Project Wing. Kerja sama antara anak perusahaan 'X' (dulu bernama Google X) dan franchise rumah makan Meksiko bernama Guzman y Gomez (GYG) ini memanfaatkan teknologi drone sebagai armada ekspedisi.

Uji coba pertama mereka adalah pengiriman makanan Meksiko menggunakan drone di wilayah pinggiran Sydney, Australia.

"Kami mendirikan dan mengembangkan induk drone, kami membuat dapur yang berlokasi di daerah uji coba di Sydney," tulis koordinator projek, James Ryan Burgess dalam blog resmi X, seperti dikutip KompasTekno dari BGR, Kamis (19/10/2017).

Autralia dipilih sebagai lokasi uji coba drone karena dianggap lebih longgar dalam aturan ligkungan.

Saat ini, tim Project Wing sedang mengumpulkan data seputar pemetaan gedung, pohon, pagar, dan benda lain berpotensi menjadi rintangan drone dalam perjalanan pengiriman makanan.

 "Sensor dari drone kami sangat peka untuk mengidentifikasi rintangan yang tiba-tiba muncul seperti mobil yang mendadak parkir di halaman atau barang-barang lain yang mudah dipindahkan di area terbuka," tulis Burgess.

Burgess menambahkan bahwa timnya akan membuat algoritma drone yang semakin pintar untuk mengidentifikasi lokasi pengiriman makanan.

Mengambil dan meletakan kiriman lebih kuwes

Untuk mengoperasikan drone lebih efektif, Project Wing ingin menyasar berbagai lokasi di masa depan. Dalam beberapa tahun ke depan, mereka akan berusaha untuk membuat pengemasan yang mudah dibawa drone tanpa ahrus menambah infrastruktur.

Penyesuaian kemasan akan mempermudah drone untuk membawa pesanan dan mengantarkan pada pelanggan tanpa harus merusak barang.

Makanan bukanlah objek pertama Project Wing. Mereka juga pernah melakukan kerja sama dengan Chemist Werehouse, sebuah perusahaan farmasi untuk mengirim obat-obatan.

Sebanyak 100 produk termasuk vitamin, obat perawatan gigi, dan perawatan kulit telah berhasil dikirim ke pelanggan. Dari uji coba pegiriman obat-obatan, mereka mengevaluasi bagaimana mengemas pesanan dengan berbagai macam bentuk dan ukuran.

Project Wing juga tengah bekerja sama dengam NASA, FAA (Federal Aviation Administration) dan beberapa industri penerbangan untuk mengembangkan Unmanned Traffic Management System (UTM) atau sistem untuk penerbangan rendah.

Sistem tersebut akan diuji coba pada Juli mendatang dengan harapan drone mampu terbang, baik di lokasi terpencil nan sepi ataupun di lokasi urban yang padat.

Amazon mulai lebih awal

Alphabet bukan perusahaan pertama yang menguji coba teknologi drone untuk pengiriman barang. Sebelumnya, perusahaan perdagangan berbasis online, Amazon telah menguji coba proyek jasa Prime Air di Cambridgeshire, Inggris pada Desember 2016.

Proyek ini bertujuan untuk mengurangi biaya ekspedisi dan memangkas rantai perdagangan yang kerap melewati tengkulak. Dari uji coba ini, Prime Air berhasil meraih dua pelanggan dan optimis untuk memperbanyaknya.

Sumber:
Copyright Kompas.com

Facebook Uji Fitur Instant Article

Uji Coba Facebook Instant Article

Instant Article adalah program Facebook untuk menyajikan konten artikel berita dari berbagai penerbit dan institusi pers lewat layanan jejaring sosialnya.

Program ini rencananya akan dikembangkan lebih jauh dengan menambahkan fitur berlangganan. Uji cobanya dijadwalkan akan dimulai dalam beberapa minggu ke dapan.

Facebook Instant Article , artikel facebook , aceh
Facebook Instant Article


Nantinya pengguna akan bisa membayar lewat Facebook untuk memperoleh artikel dari publisher yang dikehendaki. Penerbit yang menyediakan konten langganan bisa memilih beberapa model berbeda.

Misalnya, apakah ingin memberikan 10 artikel gratis tiap bulan (lebih dari itu harus membayar langganan) atau "freemium" di mana penerbit bisa memilih artikel mana yang gratis dan mana yang berbayar.

Sejumlah rekanan penerbit sudah digandeng untuk keperluan uji coba langganan artikel, termasuk Washington Post, Economist, Los Angeles Times, dan Telegraph.

"Kami akan menganalisis respon pengguna terhadap pengalaman baru ini. Kami juga akan bekerja sama dengan para rekanan untuk menganalisis, belajar, dan mengembangkan fitur," sebut Facebook dalam sebuah pernyataan yang dihimpun KompasTekno dari The Wall Street Journal, Sabtu (21/10/2017).

Sejumlah penerbit yang sudah mapan dengan layanan langganan milik sendiri menolak ikut serta dalam uji coba, antara lain New York Times dan The Wall Street Journal.

Khusus untuk The Wall Street Journal, pilihan metode langganan artikel yang disediakan Facebook dinilai terlalu longgar dibanding model langganan yang sudah diterapkan selama ini, meski masih terbuka kemungkinan bergabung apabila Facebook menambah model berlangganan lain.

Uji coba langganan Instant Articles Facebook baru akan tersedia di platform Android karena Facebook masih bernegosiasi dengan Apple soal pembagian pendapatan.

Facebook ingin agar 100 persen uang langganan yang dibayarkan pengguna masuk ke kantong penerbit. Sementara, Apple ngotot mengambil bagian 30 persen agar sejalan dengan ketentuannya soal pendapatan yang diperoleh aplikasi iOS.

Sumber:

Copyright Kompas.com